Selasa, 19 Agustus 2025

Sentuhan Literasi Mahasiswa UNMA Untuk Anak Desa 'Dari Pohon Baca hingga Celengan Daur Ulang'

  • 14 Agustus 2025 00:59 35 Dilihat

Mahasiswa Saat Melaksanakan Program Literasi Tematik dengan Tema Pojok Baca (Potret : Tangkapan Layar/Pustakawarta.com)

Ciamis, Pustakawarta.com - Di tengah semangat memajukan pendidikan di pelosok negeri, sekelompok mahasiswa KKN-T Universitas Majalengka menapakkan langkah nyata di Desa Sadapaingan Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis.

Selama tiga hari berturut-turut, dari tanggal 14 hingga 16 Juli 2025, mereka menyelenggarakan Program Literasi Tematik yang menyentuh langsung hati dan kehidupan siswa di empat sekolah dasar mulai dari SDN 1, SDN 2, SDN 4 dan SDN 5.

Lebih dari sekadar kegiatan akademik, program ini menjadi cerminan kepedulian mahasiswa terhadap masa depan anak-anak desa.

Dengan pendekatan yang sederhana namun bermakna, mereka memperkenalkan literasi sebagai jalan untuk memahami dunia, bukan hanya lewat membaca dan menulis, tetapi juga lewat berpikir bijak dan hidup bersih.

Pohon Baca 'Menanam Cinta Baca, Menuai Semangat Belajar'

Hari pertama dibuka dengan tema “Pohon Baca”, sebuah pendekatan kreatif yang mendorong siswa mencintai aktivitas membaca.

Mahasiswa membacakan cerita anak yang sarat pesan moral tentang kejujuran, tanggung jawab, dan kerja sama. Setelah itu, siswa diajak menuliskan ringkasan atau pesan moral cerita tersebut di atas kertas berbentuk daun.

Daun-daun itu lalu ditempelkan ke media besar berbentuk pohon yang terpajang di kelas. Setiap helai daun menjadi bukti bahwa membaca bisa menyenangkan, dan bahwa setiap anak mampu menyampaikan gagasan mereka sendiri.

Ririn Ranimah, penanggung jawab program, menjelaskan filosofi di balik kegiatan ini,

"Kami ingin agar anak-anak mengenal membaca bukan sebagai kewajiban, tapi sebagai kebiasaan yang mereka sukai. Lewat ‘Pohon Baca’, kami mengajak mereka menyadari bahwa setiap cerita membawa nilai, dan setiap anak mampu memahami dan menyuarakan nilai itu."

Edukasi Keuangan, 'Ajarkan Bijak Sejak Usia Dini'

Di hari kedua, tema yang diangkat adalah Edukasi Keuangan, yang bertujuan menanamkan pemahaman dasar tentang uang, kebutuhan, keinginan, serta pentingnya mmenabung. 

Kegiatan ini dimulai dengan diskusi ringan tentang fungsi uang dalam kehidupan sehari-hari, dilanjutkan dengan praktik membuat celengan dari barang bekas.

Menggunakan botol plastik, kardus, dan kaleng bekas yang dibawa dari rumah, para siswa dihiasakan dengan penuh antusias.

Beberapa memberi nama pada celengan mereka, menandai awal dari kebiasaan menabung yang mungkin akan terus mereka bawa hingga dewasa.

"Literasi finansial sering dianggap terlalu dini untuk anak SD. Tapi justru di usia ini mereka mulai mengenal uang saku dan membuat keputusan kecil. Kami ingin menanamkan nilai-nilai sederhana, bahwa menabung itu baik, dan bahwa barang-barang yang dianggap sampah bisa menjadi sesuatu yang berguna," ungkap Ririn dengan penuh semangat.

Bukan hanya soal uang, kegiatan ini menyentuh aspek penting lain seperti kreativitas, kemandirian dan kepedulian terhadap lingkungan.

Edukasi Kebersihan 'Belajar Menjaga Lingkungan dengan Tindakan Nyata'

Hari terakhir diisi dengan tema Edukasi Kebersihan, yang dirancang untuk mengajarkan pentingnya memilah dan mengelola sampah dengan benar.

Mahasiswa membuka sesi dengan menjelaskan perbedaan sampah organik dan anorganik, serta bagaimana keduanya berdampak pada lingkungan.

Anak-anak tampak aktif berdiskusi, menyebutkan contoh-contoh sampah dari kehidupan mereka sendiri, lalu mempraktikkan cara memilah.

Sebagai penutup, mahasiswa menyerahkan tong sampah kreatif buatan mereka dari galon bekas, yang telah dihias dan diberi label agar mudah digunakan oleh para siswa.

"Kami percaya, pendidikan lingkungan harus dimulai sejak kecil dan dari hal-hal sederhana. Anak-anak yang terbiasa memilah sampah akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab terhadap sekitarnya," tutur Ririn kepada pustakawarta. 

Lebih dari sekadar memberikan fasilitas, kegiatan ini menjadi sarana membangun kesadaran dan kebiasaan baik yang bisa diteruskan oleh pihak sekolah.

Sementara meski Program literasi ini mungkin hanya berlangsung selama tiga hari, namun nilai-nilai yang ditanamkan diharapkan tumbuh dalam waktu yang jauh lebih lama.

Baik siswa, guru, maupun orang tua menyambut kegiatan ini dengan antusias, membuktikan bahwa pendidikan yang menyentuh hati akan selalu menemukan tempatnya.

Bagi Ririn dan tim mahasiswa KKN, kegiatan ini bukan sekadar laporan akademik, tetapi bagian dari mimpi besar membangun budaya literasi yang hidup di tengah masyarakat.

"Kami ingin membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga peka terhadap kehidupan sehari-hari. Literasi adalah bekal penting untuk masa depan,” ujarnya menutup percakapan.

Dengan semangat dan kerja nyata para mahasiswa ini, Desa Sadapaingan tidak hanya mendapat kegiatan edukatif selama beberapa hari, tapi juga sebuah warisan nilai yang bisa terus ditumbuhkan oleh semua pihak yang peduli pada pendidikan anak-anak Indonesia. (*)

Bagikan Berita


Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu