D'Pire, Cinta dan Harapan bagi anak Disabilitas

- 21 Maret 2025 23:59
Sejumlah Guru SLB B YPLB Majalengka yang Tergabung D'Pire (Potret : Jilly Ortega/Pustakawarta.com)
Majalengka, Pustakawarta.com - Mengajar anak-anak disabilitas memang bukanlah tugas yang mudah. Dibutuhkan kesabaran luar biasa, ketulusan hati, dan komitmen yang tak tergoyahkan.
Namun, di Majalengka, ada sebuah layanan yang tak hanya sekedar mengajarkan, tetapi juga memberikan harapan dan membuka pintu kesempatan bagi mereka untuk hidup lebih mandiri.
Layanan tersebut adalah D'Pire, sebuah inisiatif para guru SLB B YPLB Majalengka yang membawa perubahan luar biasa untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
"D'Pire itu adalah singkatan, disabilitas, produktif, inspiratif responsif dan edukatif. Semacam suatu layanan di sekolah ini (SLB B YPLB Majalengka) yang nantinya akan di tularkan kepada siswa." Ungkap kepala sekolah SLB B YPLB Majalengka, Sri Aminah.
D'Pire bukanlah sekadar sebuah program, melainkan sebuah gerakan besar yang digagas oleh Sri Aminah bersama sepuluh guru lainnya.
Mereka bergandengan tangan untuk memberikan semangat, harapan dan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Majalengka.
"Tujuannya itu ada semacam kursus seperti layanan event organizer , terapi untuk anak autis, terapi perkembangan, terapi tunawicara. Jadi D'Pire ini adalah mengakumulasi antar seni nya, pendidikan akademis nya, terapi, vokasional nya, bina sosial dan pribadi dan yang lainnya." Jelasnya kepada Pustakawarta.
Sri Aminah berharap, melalui D'Pire, anak-anak ini bisa memperoleh pelayanan yang holistik, yang tidak hanya sekadar mengajarkan pengetahuan akademis, tetapi juga melatih keterampilan dan kemampuan sosial mereka.
"Karna ini terapi di luar jam pelajaran jadi untuk biayanya ada 50 ribu / jam." Tambahnya.
Namun disisi lain, menjadi guru bagi anak-anak disabilitas bukanlah hal yang mudah. Eva Noviani, salah satu guru di SLB B YPLB Majalengka yang baru mengajar selama dua tahun, mengungkapkan perasaannya.
"Mengajar anak disabilitas itu rasanya campur aduk, ada senang, sedih, kesal haru bahagia dan harus ekstra sabar." ujar Eva dengan mata yang berbinar.
Menurut Eva, menjadi seorang guru bagi anak-anak dengan disabilitas memerlukan lebih dari sekadar kemampuan mengajar. Dibutuhkan ketulusan, kesabaran, dan yang paling penting adalah cinta.
Cinta yang tulus kepada anak-anak ini akan menciptakan ikatan yang kuat, sebuah chemistry yang akan memungkinkan mereka untuk berkembang lebih baik.
"Kita (guru) harus punya Kesabaran, keihklasan dan utamanya cinta agar chimestry kita dengan murid itu dapet. Dan itu yang paling utama" Tegasnya.
Kebahagiaan terbesar bagi para guru di SLB B YPLB Majalengka adalah ketika mereka menyaksikan perubahan luar biasa pada anak-anak yang awalnya kesulitan dalam banyak hal, namun kini mampu melakukan hal-hal yang mereka sendiri tak pernah bayangkan.
"Jujur kita sangat terharu, kita kadang tidak menyangka sama anak anak yang memiliki kekurangan tapi dia bisa bersaing di dunia luar seperti beberapa siswa yang sudah bekerja di berbagai perusahaan." Tutup nya penuh haru.
D'Pire adalah bukti nyata bahwa dengan ketulusan hati, dedikasi, dan semangat untuk mengubah nasib anak-anak disabilitas, kita bisa memberikan mereka kesempatan untuk meraih masa depan yang lebih cerah.
D'Pire bukan sekadar layanan, tapi sebuah harapan besar bagi anak-anak yang memiliki impian dan talenta untuk berkembang. Sebuah langkah kecil yang memberikan dampak besar bagi kehidupan mereka. (Jilly Ortega)
Bagikan Berita
Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu