Sabtu, 19 April 2025

Warga Terjebak, Kisah Pilu di Balik Robohnya Jembatan Penghubung Lemahsugih - Bantarujeg

  • 16 Maret 2025 07:45

Sejumlah warga yang melintas di jembatan penghubung Bantarujeg - Lemahsugih (Potret : Jilly Ortega/Pustakawarta.com)

Majalengka, Pustakawarta - Kejadian memilukan menyelimuti warga Desa Silihwangi dan Desa Mekarmulya Lemahsugih Majalengka, setelah jembatan penghubung antar desa mereka roboh pada Jumat (14/03/2025).

Jembatan sepanjang 54 meter dan lebar 4 meter yang selama ini menjadi akses utama warga kini nampak sebagian menyisakan puing-puing yang terserak, meninggalkan luka mendalam di hati masyarakat yang terdampak.

Jembatan yang juga menghubungkan antar kecamatan Lemahsugih dan Bantarujeg ini telah menjadi urat nadi kehidupan sehari-hari.

Petani yang membutuhkan jalur cepat menuju sawah, pedagang yang membawa barang dagangan, serta anak-anak sekolah yang menempuh pendidikan, semuanya bergantung pada jalur ini.

Kini, mereka harus menghadapi kenyataan pahit setelah jembatan itu ambruk hanya bisa di tapaki dengan jalan kaki saja. 

Ariah (41), salah seorang warga Desa Mekarmulya, tampak khawatir.

“Biasanya anak-anak sekolah naik motor lewat sini, tapi sekarang mereka harus mencari jalan yang lebih jauh. Para petani dan pedagang juga kesulitan karena ini jalur tercepat menuju sawah dan pasar,” keluhnya dengan wajah cemas.

Ia menambahkan banyak warga yang kini harus berputar-putar mencari alternatif yang lebih memakan waktu dan tenaga.

Senada dengan ariah, Yayah (39), seorang pedagang dari Bantarujeg, juga merasakan dampak langsung. Ia mengungkapkan meskipun jembatan telah rusak sejak setahun terakhir, akses masih bisa dilalui kendaraan roda dua.

Namun, kerusakan semakin parah hingga pada akhirnya ujung jembatan yang berbatasan dengan Bantarujeg ikut roboh, membuatnya tak bisa dilalui sama sekali.

“Kali ini bagian ujung jembatan yang berbatasan dengan Bantarujeg ikut roboh, membuat akses kami benar-benar terputusa" Kata Yayah dengan suara berat.

Selain itu, salah satu warga yang sebelumnya berharap bisa melintas dengan motor terpaksa putar arah. Ia mengaku hendak menuju Bantarujeg untuk membeli bahan buka puasa. 

“Kirain masih bisa pakai motor. Ya sudah, kita putar arah. Tidak ada pilihan lain.” ungkapnya pada pustakawarta

Kini, di tengah kehancuran itu, masyarakat hanya bisa pasrah.

Mereka harus berjuang lebih keras untuk menempuh jalan alternatif yang lebih jauh dan melelahkan, meskipun hal ini tak sebanding dengan biaya dan waktu yang harus mereka bayar. Sementara bantuan perbaikan jembatan pun entah kapan bisa datang. 

Di saat-saat seperti ini, warga terdampak sangat berharap akan adaya perhatian dan tindakan dari pemerintah yang mungkin menjadi satu-satunya hal yang bisa mengobati luka mereka. (*) 

Bagikan Berita


Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu