JaF Majalengka Gagas Hutan Kolektif Tanaraya, Sudah Didukung 50 Negara
- 07 November 2025 21:34 86 Dilihat
Setiap Orang kini bisa punya hutan sendiri di Majalengka, melalui program perusahaan hutan Tanaraya (Perhutana) dengan konsep avling hutan 4×4 meter (Potret : Tangkapan Layar/Pustakawarta.com)
Majalengka, Pustakawarta.com - Jatiwangi Art Factory (JaF) kembali menunjukkan gebrakan sosial dan edukatifnya melalui program Hutan Kolektif Tanaraya, lewat program Perusahaan Hutan Tanaraya (Perhutana).
Program ini memungkinkan setiap individu memiliki kavling hutan berukuran 4×4 meter, yang kemudian digabungkan menjadi sebuah “pabrik oksigen” kolektif dan dapat diwariskan ke generasi mendatang.
Direktur Perhutana, Ginggi Syarif Hasyim menjelaskan program ini telah berjalan selama tiga tahun dan kini mencakup lahan seluas dua hektar dari target total delapan hektar.
"Sebenarnya ini dari hasil dari forum diskusi kita yang memang setiap bulan kami punya forum diskusi. Dan suatu waktu forum diskusi itu ngomongin soal hutan. Selama ini bahwa generasi kita ini generasi yang cuma mengambil manfaat dari warisan-warisan yang ada." ujarnya kepada pustakawarta (6/11).


Konsep Kavling Hutan 4×4 Meter
Ginggi menjelaskan bahwa setiap kavling seluas 4×4 meter sudah cukup untuk membentuk hutan kecil karena prinsip hutan itu minimal memiliki empat jenis tanaman yakni payung, tegakan, semak, dan lain lain.
"Sehingga kemudian itu sangat masuk akal kalau setiap orang bisa mewariskan hutan. Sama-sama membeli empat meter ke empat meter terus digabungkan, Itu jadi hutan yang bisa diwariskan ke generasi selanjutnya" imbuhnya.
Saat ini, sebanyak 145 kavling hutan telah dimiliki individu dan lembaga dari 50 negara, menjadikan Hutan Tanaraya sebagai inisiatif global untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.
Sementara itu diketahui, untuk setiap kavling itu dibeli seharga Rp4 juta dan nantinya akan diwakafkan ke negara.
"Prosesnya Pembebasan lahan dan penanaman pohon Rencananya 8 hektar, tetapi yang sekarang sudah terrealisasi itu 2 hektar." Jelas ginggi.
Kepemilikan kavling dilakukan melalui wakaf, dibahas bersama dewan adat serta berbagai komunitas, dari pendidikan hingga seni dan arsitektur lanskap.
"Setelah jadi inginnya kita wakafkan ke negara. Selain jadi hutan bermanfaat, prosesnya juga menjadi sarana penyadaran dan edukasi,” tambahnya.

Alasan Mendasar Pembentukan Hutan Tanaraya
Hutan Kolektif Tanaraya tidak sekadar menjadi ruang hijau atau proyek penanaman pohon, tetapi merupakan gerakan penyadaran edukasi tentang pentingnya memiliki ruang hidup yang juga memproduksi oksigen.
Menurut Ginggi, manusia sudah seharusnya memiliki kesadaran yang sama terhadap kebutuhan oksigen sebagaimana kebutuhan akan ruang-ruang dasar lainnya.
“Ya seperti halnya kita butuh kamar tidur, kita resah butuh kamar mandi, kita resah butuh ruang makan, dapur dan sebagainya. Bahwa kita juga harus resah untuk punya ruangan yang bisa memproduksi oksigen untuk kita,” ungkapnya.
Dibalik inisiatif ini, JaF ingin mengembalikan fungsi ekologis wilayah Majalengka Utara khususnya Jatiwangi, yang dulunya memiliki hutan luas namun punah akibat alih fungsi lahan sejak era kolonial.
"Nah ini yang ingin kami kembalikan. Ya saya kira tantangannya adalah soal kesadaran ya, Karena ini kan hutan ini hanya boleh satu orang, satu institusi, satu lembaga, satu perusahaan, itu hanya boleh satu kapling. Jadi kita equal, makanya agak lambat dan sebagainya." Jelasnya kepada pustakawarta.

Ginggi menyebut, upaya tersebut bukan semata soal menanam pohon, tetapi membangun kesadaran kolektif agar setiap orang merasa memiliki tanggung jawab terhadap keberlanjutan bumi.
“Tantangannya adalah soal kesadaran kolektif. Hutan ini hanya boleh satu orang, satu lembaga, satu institusi, satu perusahaan, itu hanya boleh satu kapling. Jadi kita equal,” tambahnya.
Dengan begitu, Hutan Tanaraya bukan hanya menghadirkan ruang hijau, melainkan juga menumbuhkan cara pandang baru bahwa memiliki hutan berarti ikut memproduksi kehidupan.
"Generasi kita ini juga nggak bodo-bodo amat lah, nggak miskin-miskin amat lah gitu. Tetapi kadang-kadang bahwa kita suka bertanya lalu apa yang bisa kita wariskan ke generasi selanjutnya? Jangan-jangan kita hanya bisa pandai memanfaatkan warisan sebelumnya saja." Tambahnya.
Program ini sekaligus menjadi upaya mengembalikan fungsi hutan dan mengedukasi masyarakat untuk menjaga serta mewariskan alam yang lestari.
Dengan konsep kavling yang dapat dimiliki secara individu, program Hutan Tanaraya menghadirkan pengalaman unik bagi masyarakat untuk memiliki “pabrik oksigen” yang menyumbang bagi keseimbangan ekosistem sekaligus menjadi aset warisan lingkungan untuk generasi mendatang. (Jilly Ortega)
Bagikan Berita
Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu






