Selasa, 19 Agustus 2025

Langit Gang Berkerudung, Sampah Jadi Gapura di Majalengka Jelang HUT RI

  • 14 Agustus 2025 16:34 36 Dilihat

Seribu Kerudung Menghiasi Langit Setiap Gang di RW 06 Majalengka Kulon (Potret : Tangkapan Layar/Pustakawarta.com)

Ragam, Pustakawarta.com - Aroma kemerdekaan mulai menguar dari setiap sudut wilayah Kecamatan Majalengka. Huru-hara menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia bukan sekadar pesta perlombaan, melainkan juga tentang rasa, tentang gotong royong dan tentang cinta tanah air yang membumi. Warga menyulap lingkungan mereka menjadi panggung ekspresi yang memukau dan menyentuh nurani.

Di Kecamatan Majalengka, warna-warna itu bukan hanya tergambar dalam cat dan bendera. Tapi juga dalam ide-ide luar biasa yang lahir dari warga. Dari lorong-lorong sempit hingga halaman rumah, semangat itu tumbuh menjadi simbol kebersamaan yang hidup.

Seribu Kerudung Bergelantungan, Simfoni Warna di Langit-langit Gang RW 06

Di RW 06 Kelurahan Majalengka Kulon, sebuah pemandangan yang tak biasa menyita perhatian. Sepanjang sekitar satu kilometer gang dari Gang Sarkosi hingga Pandu atapnya dihiasi ribuan kerudung warna-warni, berayun pelan di tiupan angin, seolah menyapa setiap langkah yang melintas di bawahnya. Semua itu hasil kolaborasi warga. Tidak ada yang dibeli, semuanya sumbangan sukarela dari masyarakat.

"Ini kebetulan kita dalam rangka menyambut hari pemberdayaan R.I. yang ke-80 ya pak. Sebetulnya kegiatan ini berjalan setiap tahun. Cuman kebetulan sekarang momennya berbeda," ujar Ketua RW 06, Ena Sena kepada Pustakawarta.

Tak ada anggaran besar apalagi sponsor. Hanya kolaborasi warga yang bersatu karena cinta akan tradisi dan semangat kebangsaan.

"Kami akhirnya sama masyarakat dan panitia di sini kolaborasi ini harus seperti apa. Akhirnya, inilah seperti ini. Konsepnya kita tata dengan pakai kerudung atau jilbab yang dikumpulkan dari masyarakat. Suadalah, tidak ada yang beli." Tambahnya penuh semangat.

Dari 750 kerudung yang telah terpasang, diperkirakan jumlahnya akan bertambah hingga 1.000. Gang-gang kecil di sekitar masih dalam proses dekorasi dan semua itu dikerjakan hanya dalam tiga hari, oleh tangan-tangan warga sendiri.

"Kami sangat bangga, Pak, dengan motif seperti ini. Dari kemarin sudah viral ya. Banyak yang berkunjung ke sini. Ini unik. Karena selama ini banyak yang pakai atapnya atau dekorasinya bendera merah putih. Tapi ini, dari kerudung, dan itu dari masyarakat sendiri."

Lebih dari viral, Ena Sena dan warganya punya harapan lebih besar yakni agar tradisi ini terus hidup tanpa perlu menunggu instruksi dari mana pun.

"Harapan kami sebagai warga ya, kegiatan ini harus dijaga karena ini tradisi atau budaya yang harus dilestarikan... Mudah-mudahan tanpa instruksi atau himbauan dari kelurahan pun, hasilnya akan seperti ini. Harapan lebih-lebih dari seperti inilah." Ujarmya penuh harap.

Dari Sampah Jadi Simbol 'Gapura RW 03 yang Bercerita tentang Harapan'

Sementara itu, di RW 03 Kelurahan yang sama, semangat kemerdekaan tampil dalam bentuk lain yang tak kalah mencengangkan, gapura yang dibangun dari sampah. Di tangan Iing Hasan Ismail dan tim TPS 3R, benda-benda tak terpakai berubah menjadi karya yang menyampaikan pesan kuat bahwa sesuatu yang dianggap tak berguna bisa kembali bernilai dengan kreativitas dan niat yang tulus.

"Kami membuat konsep gada-gada dari bahan-bahan yang terbuat dari limbah. Jadi bagaimana dikonsep, ditata agar ini menjadi sebuah bangunan yang merupakan gapura," ungkap Iing.

Bambu, piring rotan bekas, galon, tutup botol, seng dan triplek sisa, semuanya disusun dalam harmoni. Dikerjakan oleh tim kecil dari TPS 3R dan Bank Sampah, gapura ini berdiri dalam waktu empat hari.

"Ya kami mohon maaf belum maksimal, cuma hanya ini yang bisa kita suguhkan. Tapi pesan ini ternyata sampah itu bermanfaat. Kalau kita mempunyai konsep dan kreativitas, sampah bisa jadi pagar, bisa jadi gapura. Bahkan bisa lebih dari itu." umgkap iing saat di temui awak media.

Lebih dari sekadar proyek lomba, gapura ini menjadi bentuk edukasi visual bagi masyarakat. Bahwa sampah, jika diberi perhatian dan sedikit sentuhan kreativitas, bisa mengubah wajah lingkungan menjadi inspirasi.

"Kami kolaborasi. Sampahnya ini dari TPS dan Bank Sampah. Jadi masyarakat bisa melihat, oh ternyata bisa disulap seperti ini." katanya sederhana.

Camat Majalengka, Warga Menjadi Pelaku Sejati dalam Peringatan Kemerdekaan

Camat Majalengka, Aay Kandar Nurdiansyah, memberikan apresiasi tulus atas apa yang dilakukan warganya. Baginya, ini adalah gambaran paling indah dari partisipasi rakyat dalam peringatan hari bersejarah.

"Mudah-mudahan dengan partisipasi masyarakat dalam memeriahkan hari proklamasi kemerdekaan ini semakin menumbuhkan kecintaan kita kepada tanah air, kepada negara kita," ujarnya.

Ia menyoroti bagaimana warga tidak hanya kreatif, tetapi juga penuh inisiatif. Menghias gang dengan limbah, dengan kerudung, dengan bahan seadanya semua itu menjadi simbol kekuatan warga yang menyatu.

"Ada yang membuat gapura gang itu dari benda-benda sampah, ada juga dari kerudung. Itu sangat luar biasa, kreatif sekali. Ini menginspirasi masyarakat yang lain untuk bisa lebih kreatif lagi."

Dari Aparat Pemerintahan Hingga UMKM, Semua Dilibatkan

Tak hanya lomba estetika gang, perayaan ini juga menjadi momentum kebersamaan lintas sektor. Dari instansi pemerintahan hingga pelaku UMKM, semua punya panggungnya.

"Kami fasilitasi UMKM supaya mereka bisa berjualan produknya. Sehingga ada timbal balik masyarakat bisa jajan, dan UMKM bisa memasarkan produknya." lanjut camat Aay kepada Pustakawarta.

Di setiap titik keramaian, para pelaku usaha kecil turut diundang. Mereka tak sekadar menjual, tapi menjadi bagian dari ekosistem sosial yang sehat dan berdaya.

Yang paling membanggakan, seluruh hadiah perlombaan yang digelar dalam rangkaian ini bukan dari APBD, tapi hasil gotong royong warga.

"Harapannya tadi masyarakat kita bisa lebih menumbuhkan cinta kepada negara kita, terutama bagaimana mereka berpartisipasi dalam membangun bangsa ini sesuai dengan profesi, sesuai dengan perannya masing-masing. Sehingga negara ini memang benar-benar dibangun oleh orang-orang yang mempunyai komitmen tinggi terhadap nilai-nilai kebangsaan." Tutupnya penuh hangat.

Merdeka adalah Rasa yang Dihidupkan Bersama

Di Kecamatan Majalengka, Nampak kemerdekaan tidak hanya hadir sebagai acara tahunan yang hampa makna. Ia menjelma menjadi kehidupan sehari-hari: dari warga yang menyumbang kerudung, hingga mereka yang menyusun sampah menjadi simbol harapan. Dari pejabat yang mendukung, hingga pelaku UMKM yang diberi ruang untuk tumbuh.

Majalengka telah menunjukkan bahwa merdeka bukan sekadar tanggal di kalender. Ia adalah rasa yang dirawat, tradisi yang dijaga, dan kebersamaan yang tidak pernah lekang oleh waktu. (Jilly Ortega)

Bagikan Berita


Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu