Sabtu, 19 April 2025

Merajut Kebersamaan dalam Simfoni Festival Musik Guru dan Kepala SLB di Kota Angin

  • 22 Februari 2025 00:07

Salah satu peserta (Guru) SLB di wilayah Majalengka saat Karaoke (Potret : Jilly Ortega/Pustakawarta.com)

Majalengka, Pustakawarta.com - Suasana kebersamaan membuncah layaknya alunan melodi yang menghangatkan jiwa di antara para guru dan kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Kabupaten Majalengka.

Festival Musik yang digelar pada Jumat siang itu bukan sekadar ajang unjuk bakat, melainkan sebuah persembahan penuh cinta bagi dunia pendidikan inklusif. 

Festival yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Isra Miraj ini menghadirkan aneka lomba seni dan vokasi, salah satunya karaoke.

Sebuah perhelatan yang meski lahir dari ide spontan, menjelma menjadi panggung megah bagi para pendidik untuk menumpahkan kreativitas dan memperkuat jalinan silaturahmi.

Kepala SLB B YPLB, Sri Aminah, tak mampu menyembunyikan rasa bangganya. Dengan penuh haru, ia menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi wadah yang begitu berarti bagi para guru.

"Kegiatan hari ini sebenarnya idenya dadakan juga ya, tapi kami ingin menggali kreativitas guru-guru SLB se-Kabupaten Majalengka. Adakah guru yang memiliki talenta di bidang seni?" ungkapnya kepada Pustakawarta (21/02/2025).

Meski terkesan tiba-tiba, semangat para peserta justru membara. Lebih dari 50 guru dan kepala sekolah SLB berbondong-bondong ikut serta, membuktikan bahwa gairah berkesenian tak pernah surut. Bahkan, Sri Aminah sendiri takjub dengan betapa spektakulernya acara ini.

"Luar biasa sekali, ternyata ini acara dadakan juga keren," ujarnya penuh antusias.

Salah satu juri, musisi Balada Majalengka, Iman Sabumi, mengungkapkan penilaian lomba karaoke didasarkan pada tiga aspek utama mulai dari kualitas vokal, penguasaan panggung dan ketepatan lirik. Ia begitu terkesima dengan potensi para guru SLB yang menurutnya sangat luar biasa.

"Saya pikir kegiatan ini sangat positif, tentu saja ya. Karena mengasah guru-guru untuk berkesenian. Guru yang bernyanyi itu sentuhannya akan berbeda dengan anak-anak didiknya," tuturnya dengan kagum.

Iman menambahkan, meskipun beberapa peserta sedikit tergelincir dalam lirik atau tempo karena grogi, namun itu tak mengurangi esensi dari momen berharga ini.

"Secara keseluruhan, guru-guru hingga kepala sekolah sudah bisa bernyanyi dengan baik. Mungkin hanya beberapa peserta yang kepeleset sedikit karena grogi," tambahnya dengan senyum penuh apresiasi.

Di balik gemerlap panggung dan riuh tepuk tangan, tersimpan harapan besar bagi masa depan pendidikan inklusif.

Sri Aminah berharap agar di bawah kepemimpinan kepala daerah yang baru, khususnya Gubernur Dedi Mulyadi dan Bupati Eman Suherman, keberadaan SLB di Jawa Barat, terutama di Majalengka, mendapat perhatian yang lebih layak.

"Harapan kami adalah eksistensi dan kesetaraan. Kami ingin anak-anak disabilitas dipandang setara dengan anak-anak lainnya. Kami juga ingin guru dan kepala SLB memiliki kesempatan yang sama seperti guru-guru di sekolah reguler," tuturnya dengan penuh harap dan keyakinan.

Sri menegaskan bahwa dunia pendidikan disabilitas memiliki kebutuhan unik yang berbeda dengan sekolah umum.

Oleh karena itu, ia meminta pemerintah untuk lebih peduli dan tak sekadar menunggu permintaan bantuan.

"Tolonglah kasih reward bagi sekolah-sekolah yang mengadakan acara seperti ini. Jujur, kalau kami yang harus meminta bantuan, rasanya malu. Tapi, jika ada ketulusan, sebenarnya pendidikan disabilitas bukan untuk dikasihani, melainkan untuk dihargai dan didukung," katanya dengan penuh harapan.

Festival ini bukan hanya sekadar panggung hiburan, tetapi juga ladang keikhlasan. Hadiah dan kebutuhan acara diperoleh berkat kerja sama antara orang tua siswa dan berbagai pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan inklusif.

"In Syaa Allah, semua ini gratis. Kami bekerja sama dengan orang tua untuk hadiah dan lain sebagainya. Nah, harapan kami, pemerintah tidak harus menunggu permintaan, tapi ada ketulusan dari hati," tambahnya dengan nada penuh optimisme.

Menutup gelaran yang begitu menggugah hati, Sri Aminah menyampaikan apresiasi mendalam kepada semua pihak yang telah mendukung suksesnya festival ini.

"Terima kasih kepada Fitra Hotel yang sudah menjadi hotel ramah disabilitas, termasuk pusat perbelanjaan Jogja. Terima kasih banyak atas support-nya," tutupnya dengan penuh rasa syukur.

Festival Musik Antar Guru dan Kepala SLB ini bukan sekadar ajang perlombaan, melainkan sebuah simfoni kebersamaan, sebuah wujud nyata bahwa seni mampu menjembatani segala perbedaan, dan sebuah doa agar dunia pendidikan inklusif semakin bersinar di masa depan.(*) 

Bagikan Berita


Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu