Cerdas Dalam Bermedia Sosial

- 17 Januari 2025 22:37
Opini Cerdas Dalam Bermedia Sosial (Potret : Tangkapan Layar/Pustakawarta.com)
OPINI, PUSTAKAWARTA.COM - Kemajuan peradaban manusia sangat terlihat dari pesatnya perkembangan teknologi, masyarakat mengenalnya sebagai komponen kebudayaan. Tak bisa dipungkiri keberadaan teknologi telah masuk ke berbagai bidang kehidupan. Merebak ke pinggiran memasuki pedalaman perkampungan.Kehadiran teknologi sangat diterima masyarakat karena bisa membantu dan memberi kemudahan. Dengan menggunakan teknologi pekerjaan manusia bisa dengan cepat terselesaikan.
Dalam kehidupan industri, teknologi menjadi andalan produksi barang dalam skala besar. Teknologi banyak kita jumpai berupa: Alat-alat dan mesin-mesin, Teknik dan proses intelektual, Perangkat digital, Sistem yang memudahkan pekerjaan manusia.
Tak terkecuali di bidang komunikasi, teknologi ternyata bisa menjadi media yang memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara online. Karena banyak yang memilih praktis dan simpel dalam komunikasi tentu media sosial menjadi pilihan, akan tetapi jika ini terus dilakukan dan menjadi kebiasaan akan terjadi perubahan hubungan sosial.
Perangkat digital komunikasi menjadi Media sosial yang memiliki banyak fungsi, di antaranya: Berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, Memperluas jaringan sosial, Sebagai alat pemasaran dan promosi, Sumber informasi, Hiburan.
Media sosial menjadi media komunikasi yang banyak digunakan oleh masyarakat. Dan tak hanya itu fenomena sosial jadi terekam kuat dan informasinya bisa tersebar dengan cepat.
Media sosial memberikan pengaruh kepada kehidupan sosial. Perkembangan teknologi dengan Platform media sosial jika tidak disikapi dengan baik akan memberikan dampak negatif. Adanya perubahan perilaku dan hubungan sosial yang buruk.
Media sosial kadang dijadikan jalan untuk tindakan kejahatan seperti penipuan, ujaran kebencian, judi online dan lain-lain. Tersebarnya foto dan vidio asusila, berita bohong (hoax) bisa dengan mudah dikonsumsi oleh banyak orang. Aplikasi hiburan dan game membuat pengguna merasa nyaman dan kecanduan.
Dampak negatif media sosial bisa muncul berupa masalah privasi dan gangguan mental. Media sosial menjadi ajang eksistensi diri mengundang aksi dan reaksi yang berujung perdebatan dan pertengkaran. Menghalalkan segala cara dan memaksakan diri demi terkenal tanpa memperhatikan nilai-nilai etika dan kesopanan.
Banyak yang mencari keuntungan dan banyaknya penggemar walaupun harus tampil vulgar. Komentar-komentar yang tidak memperhatikan etika komunikasi seperti pembullyian yang menyebabkan jatuhnya citra reputasi seseorang. Tren gaya hidup yang mudah diakses melahirkan persaingan yang tidak sehat dan tidak memperhatikan skala prioritas kebutuhan.
Pengguna media sosial tidak hanya kalangan orang dewasa akan tetapi juga banyak digunakan oleh anak-anak. Jika tidak diawasi oleh orang tua, penggunaan aplikasi game anak-anak yang berlebihan akan mengurangi waktu belajar mereka. Anak-anak dan remaja bermain game media sosial berlama-lama di depan layar handphone menjadikan berkurangnya interaksi langsung bersama keluarga dan teman.
Politik dalam kepentingannya tidak ketinggalan mengambil tindakan yang strategis, media sosial yang digunakan oleh banyak orang dan dari berbagai kalangan menjadikan ranah yang efektif dalam menyampaikan pengaruh dan tujuan politis. Momen pemilu pun turut meramaikan media sosial dengan nuansa-nuansa politis. Para pendukung membuat narasi-narasi yang mengangkat citra pilihannya. Menyebarkan konten-konten tentang prestasi pilihannya dan menghujat yang menjadi lawannya dan tidak sedikit keributan yang sebabkan perdebatan karena beda pilihan di media sosial.
Adanya media sosial kesalahan sedikit pun bisa disebarkan dengan cepat dan semua orang bisa mengetahui. Seperti yang belum lama terjadi, dialami oleh seorang penceramah karena keceplosan berkata kasar kepada seorang penjual es teh. Vidio kejadian tersebut telah tersebar di YouTube dan banyak yang menyayangkan peristiwa tersebut. Di media sosial juga kita bisa melihat hujatan dan sindiran dari masyarakat kepada penceramah tersesbut, meskipun alasannya hanya bercanda tetapi kata kasar itu tak seharusnya keluar. Akhirnya dengan kejadian tersebut citra reputasi penceramah menjadi turun.
Di sini kita bisa melihat bahwa media sosial memiliki peran dalam membentuk realitas sosial, apakah ini selamanya benar? Padahal kita sudah mengetahui bersama bahwa media adalah perangkat, bagaikan pisau bermata dua yaitu memiliki nilai kebaikan dan keburukan tergantung siapa yang menggunakan media atau perangkat tersebut.
Dengan demikian jelas bahwa sikap kita yang lebih menentukan pilihan, mau dibawa kemana arah kehidupan kita terkait dampak penggunaan media sosial. Perlu kiranya kita mengingat kembali nilai-nilai dan prinsip sebagai batasan-batasan dalam berkehidupan sosial. Ajaran agama dan kearifan lokal tak kurang mengajarkan kita tentang akhlak terpuji dan budi pekerti, perlunya saling menjaga kehormatan, tidak terburu-buru dalam melakukan sesuatu, dan berperilaku tidak berlebihan.
Kita senantiasa diajarkan menjaga ucapan agar tidak menyinggung perasaan orang lain, begitu pula di media sosial kita perlu hati-hati dalam menulis tulisan agar tidak merugikan nama baik sendiri dan orang lain, termasuk foto dan vidio yang disebar agar memperhatikan asas manfaat dan memiliki nilai positif bagi masyarakat. Kita juga harus menjaga pandangan, menghindari objek pandang yang tidak layak untuk dilihat, terlalu banyak konten vulgar di media sosial menuntut kita membatasi diri dan menghindari konten-konten tersebut. Kita juga diajarkan harus menjaga pendengaran kita dari informasi-informasi yang belum jelas kebenarannya, menjauhi fitnah dan ghibah.
Media sosial juga menyajikan informasi tentang seseorang baik tokoh maupun orang biasa, baik kebaikannya maupun keburukannya, di sinilah kiranya kita harus bisa bersikap bijak agar tidak terjerumus ke dalam pro kontra dan keberpihakan pada masalah tidak penting yang berlarut-larut hingga menyita waktu.
Sebagai bahan renungan kita tentang tujuan adanya media sosial, bukankah media sosial adalah bagian dari teknologi hasil karya pemikiran manusia untuk mempermudah pekerjaan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Tentu nilai positif yang diharapkan dari dampak adanya teknologi dengan platform media sosial. Perlunya keselarasan dalam mencapai tujuan baik dengan menggunakannya dengan baik. Begitu banyak ilmu pengetahuan dan informasi penting yang bisa diakses dari media sosial.
Secara fitrah manusia mencintai kebaikan, akan tetapi tidak semuanya yang baik itu menyenangkan, dan rupanya banyak manusia memilih sesuatu yang menyenangkan meskipun itu tidak baik. Dengan demikian dampak negatif dari media sosial tidak bisa menyalahkan perangkat keras dan perangkat lunak yang hanya bisa beroperasi dengan kendali pengguna. Sisi positif media sosial ternyata belum sepenuhnya disikapi dengan baik oleh pribadi-pribadi yang hanya mengejar kesenangan pribadi.
Hendaknya kita bersikap bijak dalam bermedia sosial karena apa yang kita tulis dan yang disebarkan bisa dilihat dan dibaca oleh banyak orang. Tujuan baik bisa dicapai dengan hasil yang baik tentu dengan cara-cara baik. (*)
Bagikan Berita
Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu