Sabtu, 19 April 2025

Cabai Tembus Rp160 Ribu, Pedagang - Pembeli Tercekik!

  • 12 Januari 2025 14:44

Cabai di Pasar Sindangkasih Cigasong Majalengka (Potret : Jilly Ortega/Pustakawarta.com)

MAJALENGKA, PUSTAKAWARTA.COM - Harga cabai rawit merah di Pasar Tradisional Sindangkasih, Majalengka, terus mengalami lonjakan tajam. Saat ini, harga cabai mencapai angka fantastis, yakni Rp120 ribu hingga Rp160 ribu per kilogram. Kondisi ini tidak hanya memukul para pedagang, tetapi juga menyulitkan pembeli yang merasa kenaikan tersebut menguras kantong mereka.  

Menurut salah satu pedagang, Iyam, lonjakan harga ini membuat pendapatannya terpengaruh secara signifikan. Ia mengaku terpaksa mengurangi jumlah pasokan cabai untuk menekan kerugian.  

"Sekarang harga cabai tuh pada naik, yang paling tinggi cabai domba, yang tadinya Rp80 ribu jadi Rp120 ribu," ungkapnya.  

Iyam menjelaskan bahwa kenaikan harga ini disebabkan oleh pasokan yang terbatas akibat kegagalan panen yang dialami para petani.  

"Karena gagal panen sih, pasokannya ada cuma nggak banyak," tambahnya.  

Fenomena ini tidak hanya terjadi pada cabai domba, tetapi juga jenis cabai lainnya. Namun, cabai domba menjadi yang paling terdampak karena permintaan yang tinggi, sementara ketersediaannya sangat minim.  

Kenaikan Sudah Terjadi Sebulan Terakhir

Kepala Pasar Sindangkasih Cigasong, Supriyadi, menjelaskan bahwa kenaikan harga cabai ini telah berlangsung selama satu bulan terakhir. Bahkan, pasokan cabai yang berasal dari Bandung mencatatkan harga tertinggi hingga Rp160 ribu per kilogram.  

"Kalau cabai yang pasokannya dari Bandung harganya bahkan Rp160 ribu, karena kualitasnya bagus juga," ujar Supriyadi.  

Meski harga cabai melambung, ia menegaskan bahwa harga sayuran lainnya masih berada dalam kondisi normal, sehingga masyarakat masih dapat memenuhi kebutuhan harian mereka untuk komoditas lain.  

Beban Berat bagi Masyarakat

Kondisi ini menjadi perhatian besar bagi masyarakat yang merasa keberatan dengan kenaikan harga cabai. Salah satu warga, Alit, mengungkapkan bahwa kenaikan harga ini sangat memberatkan.  

"Warga sih pengennya kan standar-standar aja. Pas naik, ya bingung juga, menguras kantong. Sedikit berat juga dengan naiknya harga ini malah kebutuhan lain terkikis dan tekor bandar," keluhnya kepada Pustakawarta

Ia menambahkan, kenaikan harga cabai membuat dirinya harus lebih bijak dalam mengatur keuangan rumah tangga.  

"Jadi harus punya strategi manajemen uangnya. Beli cabai sih gimana harian aja, karena lihat pendapatan seharinya juga," jelasnya.  

Dampak Lebih Luas: Dari Petani hingga Konsumen

Fenomena kenaikan harga cabai ini tidak hanya berdampak pada pedagang dan pembeli, tetapi juga menunjukkan tantangan serius bagi petani.

Gagal panen akibat cuaca ekstrem atau serangan hama menjadi faktor utama yang mengakibatkan pasokan cabai berkurang drastis.  

Ketika pasokan terbatas, hukum pasar pun berlaku : harga melonjak seiring dengan tingginya permintaan. Namun, bagi konsumen, situasi ini sangat menyulitkan, terutama di tengah kebutuhan hidup lainnya yang juga terus meningkat.  

Selain itu, kenaikan harga cabai dapat memicu inflasi pada sektor pangan jika tidak segera diatasi. Oleh karena itu, diperlukan upaya konkret dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, untuk memastikan kestabilan harga dan pasokan.  

Harapan Akan Solusi dari Pemerintah

Masyarakat berharap ada campur tangan dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini. Langkah seperti pengendalian pasokan, pemberian subsidi, atau memperbaiki infrastruktur pertanian dapat menjadi solusi jangka panjang.  

"Saya berharap pemerintah bisa membantu petani, jadi pasokannya stabil dan harga juga nggak melambung seperti sekarang," ujar Alit.  

Sementara itu, kenaikan harga cabai yang berlarut-larut ini menjadi ujian bagi berbagai pihak. Semua berharap situasi segera membaik, sehingga pedagang dan pembeli bisa kembali bernapas lega. (*) 

Bagikan Berita


Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu