Kurangkan Manis Dalam Makanan dan Minuman, Banyakan Manis Dalam Senyuman

- 28 Januari 2025 21:23
Penulis, Rahayu Setyowati : Angka kejadian Diabetes Mellitus meningkat di Indonesia (Potret : Tangkapan Layar/Pustakawarta.com)
Ragam Artikel, Pustakawarta.com - Makanan dan minuman manis saat ini menjadi trend yang sangat menarik baik dari sisi dunia kuliner maupun dari sisi konsumen. Dengan kemasan yang menarik makanan dan minuman manis sangat digemari oleh banyak orang mulai dari anak-anak hingga lanjut usia.
Rasa manis yang ada pada makanan dan minuman tersebut merupakan rasa yang ditimbulkan dari adanya gula yang ditambahkan.
Kandungan gula dalam makanan dan minuman manis banyak terdapat dalam bentuk olahan sehingga bentuk asli gula sudah tidak lagi terlihat. Makanan manis yang mengandung gula terutama pada makanan yang terbuat dari olahan tepung seperti roti, keripik, donat, kue, wafer, maupun biskuit.
Selanjutnya minuman manis yang mengandung gula terutama terdapat pada minuman berbentuk kemasan seperti susu kemasan, teh kemasan, sirup, kopi kemasan, jus kemasan, maupun es krim.
Demi memudahkan konsumen dalam mengetahui kandungan gula pada makanan atau minuman tersebut maka telah diatur oleh Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 mengenai pencantuman informasi kandungan gula, garam dan lemak serta pesan kesehatan pada pangan siap saji dan pangan olahan.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2018 didapatkan bahwa tingkat konsumsi makanan manis (87,9%) dan minuman manis (91,49%) di Indonesia sangat tinggi. Padahal telah terdapat anjuran mengenai konsumsi gula per hari agar tidak berlebihan.
Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10% dari total energi (200kkal).1 Konsumsi tersebut setara dengan gula 4 sendok makan per orang per hari atau 50 gram per orang per hari.
Konsumsi harian makanan dan minuman manis serta konsumsi gula harian yang berlebih dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan termasuk meningkatkan risiko penyakit diabetes melitus.
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang terus meningkat prevalensinya dan menjadi beban terbesar di dunia yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular. Global Burden of Disease (GBD) melaporkan sebanyak 529 juta orang hidup dngan DM di dunia dengan prevalensi sebesar 6,1 % pada tahun 2021.2
Menurut International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2021, sekitar 537 juta orang dewasa hidup dengan DM, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 643 juta pada tahun 2030.3 Indonesia menempati peringkat kelima populasi terbanyak pasien DM pada rentang 20 – 79 tahun di dunia. 4
Data Survey Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi DM yang terus meningkat, dari 10,9% pada tahun 2018 menjadi 11,7% pada tahun 2023.56 DM juga merupakan penyakit tertinggi penyebab kematian ketiga di Indonesia tahun 2016 dan angka Disability Adjusted Life Years (DALY) Lost tertinggi pada tiga decade terakhir. 7
Sementara prevalensi Diabetes Melitus di Jawa Barat sebesar 1,7 dibawah nilai nasional 2,0 berdasarkan hasil riskesdas tahun 2018, akan tetapi menurut Survei Kesehatan Nasional tahun 2023, prevalensi DM di Jawa Barat meningkat menjadi 2,0 walaupun masih dibawah nilai nasional yang 2,2.896 Kota Cirebon merupakan wilayah tertinggi prevalensi DM di Jawa Barat dengan nilai 3,8.
Diabetes melitus juga merupakan salah satu penyakit kronis penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Menurut data dari Institude for Health Metrics and Evaluation bahwa diabetes merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi ke 3 di Indonesia tahun 2019 yaitu sekitar 57,42 kematian per 100.000 penduduk.2
Data International Diabetes Federation (IDF) mendapati bahwa jumlah penderita diabetes pada 2021 di Indonesia meningkat pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Jumlah tersebut diperkirakan dapat mencapai 28,57 juta pada 2045 atau lebih besar 47% dibandingkan dengan jumlah 19,47 juta pada 2021.10
Gula bukanlah hal yang harus dihindari tetapi konsumsinya yang perlu dibatasi agar tidak berlebihan. Salah satu solusinya adalah dengan memilih makanan yang sehat dan rendah gula.
Makanan dan minuman bukan berarti menghindari gula sama sekali untuk pencegahan Diabetes Mellitus, akan tetapi masyarakat harus mulai bijak dalam memilih makanan dan minuman sehari-hari untuk terhndar dari kejadian penyakit Diabetes Mellitus yang semakin meningkat prevalensinya saat ini.
Beberapa trik yang dapat dilakukan adalah diantaranya membaca kandungan gula pada makanan dan minuman dalam kemasan, mengganti manis dengan rasa manis yang kandungan glukosanya lebih rendah, misalnya dibandingkan gula pasir maka gula merah mengandung kadar glukosa lebih rendah.
Untuk beberapa orang yang memiliki resiko terhadap munculnya penyakit diabetes melitus, harus memiliki konsen yang lebih tinggi agar resiko itu tidak muncul. Diantara factor resiko tersebut adalah memiliki factor keturunan misalnya ayah/ibu yang didiagnosa diabetes mellitus, kegemukan, usia lebih dari 40 tahun, merokok dan orang dengan minim aktifitas fisik.
Apabila orang dengan minimal satu factor resiko itu ada pada dirinya maka berusahalah untuk menurunkan factor resiko lainya.
Pola hidup yang sehat yang harus dilakukan oleh setiap orang terutama yang sudah berusia lebih dari 40 tahun adalah menghindari terjadinya kegemukan, berhenti merokok, meminimalkan konsumsi makanan minuman manis dan melakukan aktifitas fisik secara rutin.
Aktfitas fisik yang dianjurkan untuk usia lebih dari 40 tahun adalah jalan kaki minimal 30 menit tanpa berhenti dan dilakukan antara 3-5 kali dalam satu minggu. (Rahayu Setyowati)
Daftar Pustaka
1. Permenkes. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013;
2. Eisenberg L. Global burden of disease. Lancet. 1997;350(9071):143.
3. Aschner P, Basit A, Fawwad A, Guariguata L, James S, Karuranga S, et al. IDF guide for Diabetes Epidemiology Studies IDF guide for diabetes epidemiology studies. Webpage. 2022;1–69.
4. Federation ID. Jumlah Penderita Diabetes Indonesia Terbesar Kelima di Dunia. Artikel. 2021;1.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar Nasional. Riskesdas. 2018;76.
6. Kemenkes. Survei Kesehatan Indonesia 2023 (SKI). Kemenkes. 2023;235.
7. Soelistijo S. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2021. Glob Initiat Asthma [Internet]. 2021;46. Available from: www.ginasthma.org.
8. Dinas Kesehatan Jawa Barat. Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2022. Dinkes Jabar. 2022;(July):1–23.
9. Kementrian Kesehatan Re. Riset Kesehatan Dasar Nasional. Riskesdas. 2018;76.
10. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas 11th edition: Diabetes among Indigenous People. IDF Diabetes Atlas 2022 [Internet]. 2022;1–13. Available from: www.diabetesatlas.org
Bagikan Berita
Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu